BANYAK cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan, salah satunya adalah berolahraga dengan sepeda. Selain biayanya relatif murah, bersepeda juga digandrungi karena sedang menjadi tren di kalangan masyarakat. Begitu pula dengan apa yang dilakukan para personel Sukun Special Bicycle Community (SSBC). Meski demikian, SSBC bukanlah kelompok para pesepeda yang hanya sekadar ikut-ikutan tren saja. Mereka memiliki dasar yang kuat untuk menekuni olahraga jenis ini. Apalagi jauh sebelum olahraga sepeda booming di masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, para personel SSBC sudah menekuni olahraga jenis ini.
Sebelum menyatu dalam wadah SSBC, sejumlah pegawai di lingkungan Perusahaan Sukun Group yang memiliki hobi bersepeda sering berkumpul dan mengadakan even sepeda bersama. Awalnya, mereka hanya memanfaatkan jalan-jalan yang ada di Kudus sebagai lintasan mengayuh sepeda. Namun, setelah jumlah anggotanya terus bertambah, akhirnya agenda resmi mulai disusun.
Hampir setiap bulan, SSBC memiliki agenda touring. Sebut saja even tur Kudus-Kedung Ombo yang diikuti 300-an peserta pada Maret 2012 lalu. Selain itu, SSBC juga pernah menggelar touring malam hari bertajuk Ramadan Sehat dan Kemerdekaan RI pada Agustus lalu. Acara ini diikuti hingga 2.000 peserta. Untuk Desember ini, SSBC berencana menggelar jelajah Kudus yang diakhiri dengan meramaikan pasar rakyat di Gondosari, Kecamatan Gebog, Kudus.
’’Kami bukan kelompok penggemar sepeda yang sekadar mencari hadiah di even-even sepeda santai. Kami lebih menitikberatkan pada manfaat olahraga ini. Dengan bersepeda, kami menjadi lebih sehat, menambah teman, dan meningkatkan kekompakan serta solidaritas antarindividu,’’ kata Wakhid Seodjono, salah satu punggawa SSBC.
Dia menceritakan, terbentuknya SSBC tidak terlepas dari peran aktif yang diberikan keluarga direksi PR Sukun, di antaranya Burhamsyah R Wartono yang sehari-hari dipercaya sebagai Manajer Promosi PR Sukun. Melihat animo yang besar terhadap olahraga ini, akhirnya pada Januari 2012 lalu SSBC resmi didirikan. Setelah tergabung dalam wadah SSBC, kegiatan para anggotanya semakin tertata rapi. Selain itu, respon positif yang diberikan perusahaan membuat kelompok ini semakin berkembang. Dari anggota awal yang berjumlah hanya belasan orang, kini SSBC memiliki anggota aktif lebih dari seratus orang.
’’Anggota SSBC tidak terbatas pada pegawai di lingkungan PR Sukun. Namun, banyak dari teman-teman kami berasal dari perusahaan lain maupun masyarakat umum. Sebab, jika sudah mengayuh sepeda bersama, yang ada adalah solidaritas tanpa membedakan latar belakang masing-masing,’’ tambahnya.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kekompakan dan solidaritas adalah dengan tidak menunjukkan ego pribadi saat berkumpul bersama. Misalnya saling pamer teknologi sepeda maupun menunjukkan kekuatan dan ketrampilannya menaiki sepeda.
Ketika sudah berkumpul bersama dalam sebuah even, personel SSBC dilarang saling memamerkan keunggulan sepedanya masing-masing. Harus diakui, hal ini cukup sulit karena terkadang muncul secara spontan. ’’Kami berusaha untuk lebih ngobrol ke hal-hal lain seperti kondisi lintasan maupun potensi alam yang sedang disinggahi. Anggota kami ada yang memiliki sepeda mahal dan ada juga yang menggunakan sepeda biasa yang dalam kesehariannya digunakan menjual gas elpiji. Namun, kami tetap kompak saat di jalanan,’’ ucapnya.
Begitu juga dengan sikap individu yang sering muncul. Di setiap touring, personel yang memiliki keunggulan dalam hal stamina maupun ketrampilan diminta berada di rombongan paling belakang. Merekalah yang bertugas menjaga agar barisan konvoi tetap teratur tanpa mengganggu pengguna jalan lainnya.
Personel SSBC lainnya Sukaryono menambahkan, peran aktif yang diberikan PR Sukun sangat membantu kelompok ini untuk semakin eksis. Bahkan, dengan adanya bantuan dari perusahaan baik berupa jersey kegiatan maupun dana operasional, para anggota SSBC bisa menyisihkan uang untuk keperluan sosial.
’’Dulu, kami biasa urunan untuk membeli makan, akomodasi kegiatan, ataupun perlengkapan touring. Saat ini keperluan tersebut sudah dicukupi PR Sukun. Meski demikian, kami tetap urunan seperti biasa. Namun uang yang terkumpul kami sumbangkan ke panti asuhan atau yayasan sosial di sekitar lokasi touring. Jadi, selain menyehatkan raga, dengan bersepeda kami juga bisa melatih diri untuk lebih peduli kepada sesama,’’ ujar Sukaryono. (*)