Berawal dari klobot, salah satu jenis rokok khas Indonesia yang terbuat dari kulit jagung sebagai pembungkus tembakau, Pabrik Rokok Sukun kini telah dikenal sebagai salah satu dari sedikit perusahaan rokok nasional yang bertahan dengan identitas dan kekuatannya sebagai rokok yang mengandalkan ciri khas kelokalannya dan berakar pada tradisi. Hal ini bisa dilihat dari jenis rokok yang diproduksi PR Sukun, yang layaknya sebuah perjalanan rokok Indonesia. Di dalamnya kita masih bisa mendapatkan rokok tradisional seperti klobot, kretek, filter, hingga mild yang digemari generasi muda.
Kisah perjalanan PR Sukun tak akan pernah bisa dilepaskan dari sosok Mochamad Wartono, yang kemudian lebih kerap disapa Mc. Wartono. Beliau dilahirkan di desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, pada tahun 1920, dari pasangan Singo Sarpani dan Paijah. Sebagai anak keempat dari enam bersaudara dari orangtua yang bekerja sebagai petani dan pernah menjabat sebagai Lurah Gondosari, Mc. Wartono tumbuh menjadi sosok yang berkarakter ulet, tekun, pekerja keras, dan pantang menyerah. Bakat dan jiwa kewirausahaannya tumbuh dan terasah tidak hanya dilatarbelakangi oleh didikan orangtuanya, namun juga ketika beliau menempuh pendidikan di Vervolk School dan Sekolah Dagang di daerahnya.
Perjodohan tak selalu memberikan kisah sedih. Bahkan sebaliknya, perjodohan yang mempertemukan Mc. Wartono dengan Sutarsi, memunculkan sebuah kisah tentang kebahagiaan sebuah keluarga yang dipenuhi cinta dan kesetiaan. Pasangan Mc. Wartono dan Tarsi menikah pada 15 Agustus 1941. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai enam buah hati. Yaitu Sri Fatimah Wartono, Tasan Wartono, Annie Wartono, Rindho Wartono, Yusuf Wartono, dan Edy Wartono.
Persentuhan Mc. Wartono dengan bisnis rokok dimulai saat ia masih berusia sangat muda, di mana ketika itu ia membantu kakaknya, Kamad, sebagai kasir di Pabrik Rokok Kretek Hj. Moeslich dengan merek Tebu dan Jagung. Dalam pengalamannya sebagai kasir inilah, ketelitian Mc. Wartono terasah. Ia harus memperhatikan dengan detil jumlah uang pembayaran yang harus dibayarkan kepada para karyawan Kamad. Ketelitian ini juga diperlukan untuk mencatat bahan-bahan baku pembuatan rokok seperti tembakau, cengkeh, kertas, dan klobot yang diambil para pekerja borongan. Pengalaman inilah yang di kemudian hari mendorong dirinya untuk mendirikan pabrik rokok.
Pengalaman membantu kakaknya menjadi kasir di Perusahaan Rokok milik Hj. Moeslich, menginspirasi Mc. Wartono untuk mendirikan perusahaan rokok. Pada 1947, Mc. Wartono mulai memproduksi rokok klobot dan sigaret secara sederhana dengan merek Siyem. Hanya dengan tenaga pekerja sebanyak 6-10 orang, ternyata usaha ini berkembang pesat. Pada tahun 1950, Mc. Wartono mulai memproduksi merek rokok “SUKUN”. Merek baru ini ternyata mendorong laju perusahaan yang ditandai dengan didirikannya bangunan-bangunan baru di sekitar rumah Mc. Wartono sebagai tempat produksi rokok. Pada tahun 1960, beliau mendirikan gedung dua tingkat yang hingga kini menjadi pabrik utama, menyusul pendirian bangunan-bangunan lainnya seiring meningkatnya jumlah produksi rokok Sukun.
Dalam membesarkan putra-putrinya, Mc. Wartono mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan bisnis yang penuh disiplin dan bertanggungjawab demi mempersiapkan kemampuan keturunannya dalam meneruskan jalannya roda perusahaan. Persiapan ini diberikannya baik ke anak lelaki maupun perempuan. Untuk dua putrinya, beliau memberikan kepercayaan untuk menjalankan dua perusahaan rokok: PR Siyem bagi putri pertamanya dan PR. Langsep bagi putri ketiganya, Anie Wartono.
Adapun pengelolaan PR. Sukun telah diajarkannya kepada putra keduanya, Tasan Wartono sejak putranya ini masih berusia remaja. Sehingga pada saat Mc. Wartono dipanggil Yang Mahakuasa pada 20 Februari 1973, dengan tanpa menemui kendala apa pun, jalannya perusahaan telah bisa dikelola oleh Tasan Wartono. Pada perjalanan selanjutnya, PR. Sukun yang semakin berkembang pesat bersama tiga anak perusahaan lainnya, Sukuntex, Sukun Druk – yang bergerak di bidang percetakan – dan Sukun Transport, melibatkan tiga putra Mc. Wartono lainnya yaitu Rindho Wartono, Yusuf Wartono, dan Edy Wartono.
Sebagai sebuah perusahaan keluarga, bertahannya PR. Sukun hingga saat ini di mana generasi ketiga – yaitu cucu-cucu Mc. Wartono – ikut andil dalam pengelolaan perusahaan, memperlihatkan sebuah sinergi dan kekompakan yang dihasilkan dari didikan almarhum Mc. Wartono dan Sutarsih kepada keturunannya untuk selalu memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar dan lingkungannya.