Klobot

sukuntradisionalklobotSEJAK berdiri sampai dengan sekarang, PR Sukun masih terus memproduksi rokok klobot. Pertama kali diproduksi, rokok klobot produksi PR Sukun dikerjakan tak lebih oleh 10 orang. Saat itu, rokok memang masih bersifat produksi rumah tangga (home industry). Jumlah produksi saat itu sekitar 2.000-5.000 batang/hari.

Merek rokok kobot pertama yang dikeluarkan PR Sukun saat itu adalah Siyem. Mc Wartono, pendiri PR Sukun memang berpesan kepada genarasi penerusnya untuk mempertahankan produksi rokok klobot. Demikian juga karyawan pelinting rokok klobot juga dipesan untuk tidak di-PHK, sampai karyawan itu sendiri yang meminta berhenti. Hal ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas karyawan yang dinilai berjasa membesarkan perusahaan.

Atas kebijakan tersebut, tidaklah mengherankan jika PR Sukun, dewasa ini menjadi satu-satunya perusahaan rokok di Kudus yang masih memproduksi rokok klobot. Di tingkat nasional, PR Sukun hanyalah satu dari empat perusahaan rokok nasional yang masih memproduksi rokok klobot. Tiga perusahaan rokok lainnya adalah PT Gudang Garam Kediri, PT Bokormas Mojokerto, dan PT Ongkowijoyo Malang.

Saat ini, produksi rokok klobot di PR Sukun dalam lima tahun terakhir, rata-rata 20.000 batang/hari dengan jumlah karyawan yang terus menurun secara alami hingga tersisa 50 orang. Rokok klobot produksi PR Sukun dengan isi 6 batang, dijual dengan JHE (harga jual eceran, Red) Rp 1.400/bks.

Perkembangan rokok klobot secara nasional memang menurun setelah tahun 1950, di mana perkembangan industri rokok kretek beralih ke cigarette paper (orang awam biasa menyebut papir). Dikembangkannya sigaret kretek mesin (SKM) di tahun 1980-an membuat rokok klobot semakin tersisih.

Meski demikian, konsumen rokok klobot bukan berarti hilang sama sekali. Hingga kini, permintaan rokok klobot, tetap ada meski terus berkurang secara alami. Rokok klobot produksi PR Sukun biasa dinikmati masyarakat pesisir (nelayan) pantura dan masyarakat pegunungan (petani), khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa TImur. Mereka yang hingga kini masih menikmati rokok klobot beralasan rokok klobot tidak mudah rusak, terutama jika terkena air. Jika pun mati, rokok klobot masih tetap enak saat disulut kembali. (*)